PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
A. Pengantar
“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
(Ki Hajar Dewantara)
Sebelum
Anda memulai membaca lebih jauh, silakan lihat pertanyaan-pertanyaan
berikut ini dan cobalah untuk menjawab beberapa dari pertanyaan tersebut.
- Bagaimana saya dapat
mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara
individu?
- Apa yang saya ketahui tentang
latar belakang murid saya, pembelajaran sebelumnya, dan
perkembangan keterampilan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang
minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator,
dan tujuan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang
profil belajar murid saya? Apa gaya belajar yang disukai
oleh mereka?
- Bagaimana saya bisa menggunakan
informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya
untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara
efektif?
Tetaplah merujuk kembali ke pertanyaan-pertanyaan di atas ketika Anda
kemudian membaca dan mempelajari materi di pembelajaran ini.
B. Pembelajaran Berdiferensiasi
Bayangkanlah kelas yang Anda ajar saat ini.
Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka? Siapakah yang paling senang menulis? Siapakah yang lebih senang berbicara?
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses pembelajarannya.
C. Sebuah
Ilustrasi
Berdasarkan ilustrasi kelas tersebut, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu
Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa?
2.
Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang
akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut.
Jawab:
1.
Strategi yang dilakukan Ibu
Renjana tidak tepat, karena ibu Renjana beralasan dia tidak ingin ketiga anak
tersebut tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya sehingga dia
menambah soal/lembar kerja tambahan. Sebaiknya Ibu Renjana memperhatikan dan
mempertimbangkan kebutuhan dan minat anak misalnya dengan memberikan pengayaan,
atau membuat soal yang bervariasi sesuai kebutuhan anak karena ibu Renjana
sebelumnya dia sudah tau bahwa 3 anak tersebut selalui selesai duluan ketika
diberi ujian.
2.
Saya lakukan strategi
pebelajaran berdiferensiasi karena didalam kelas yang besar (32 orang) tentunya
memiliki kemampuan. kebutuhan atau minat yang beragam, jadi harus
diidentifikasi terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan murid.
D. Miskonsepsi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran
di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Namun demikian,
pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan
32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa
guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja
dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru
harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang
kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang
semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat
beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana
kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan.
Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari
untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua
permasalahan.
Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?
E. Pengertian
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian
keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang
berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut
adalah yang terkait dengan:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu
jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan
rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.
Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang
berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai
tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di
kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang
prosesnya.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang
memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas,
sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap
dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari
proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan
murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah
lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Jika kita mengacu ke kasus Ibu Renjana di atas, maka
keputusannya untuk memberikan soal tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama
serta tingkat kesulitan yang juga sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih
dahulu, belum dapat dikatakan sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan
diberikannya soal tadi adalah agar tiga murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga
tidak mengganggu murid yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi
haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru
merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana
perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar
dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya,
termasuk ketiga murid tersebut.
Selanjutnya, kita akan mempelajari
bagaimana kita dapat melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid.
F. Mengidentifikasi
atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga
aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness)
murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam
diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi
mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1. KESIAPAN
BELAJAR (READINESS)
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?
Bayangkanlah situasi berikut ini:
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Renjana ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.
- Kelompok A adalah murid yang telah
memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki
kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam
bekerja.
- Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan
struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.
- Kelompok C adalah murid yang belum
memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya
pun terbatas.
Apa yang dilakukan oleh Bu Renjana di atas
adalah memetakan kebutuhan
belajar berdasarkan kesiapan belajar.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid
keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan
dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru
tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar.
Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi
mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu.
Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan
murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan
dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol
dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang
dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini,
kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang
terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(2001: 47).
Kesiapan Belajar
Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
- Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin
belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung
yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami
ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan
ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan
materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang
membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid
dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka
membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat
bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan
pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih
bersifat transformatif.
- Konkret – Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur
kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu
belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih
abstrak.
- Sederhana - Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan
satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan
berbagai abstraksi pada satu waktu.
- Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik
untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk
dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan
kreativitas mereka.
- Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat
belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama
seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi
daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk
kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
- Lambat – Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit
menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan
lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat
intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan
atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau
pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan
identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan
belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas,
Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. Contoh
Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi
atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness):
2. MINAT MURID
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.
Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa
tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai
berikut:
- membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan
kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
- mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
- menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai
jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau
baru bagi mereka, dan;
- meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2
perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan
oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat
tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara
tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan
tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat
menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu
visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan
individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik
tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat
individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan
tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang
mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau
menghibur.
Karena minat
adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas
akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat
mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Pentingnya
Mempertimbangkan Minat Murid
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan:
- menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid
(misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
- menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat
individu murid,
- mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
- menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat
memecahkan persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki
minat sendiri. Minat setiap murid tentunya akan
berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan
minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah
untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat
mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan
pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat dikembangkan.
Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas
minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat
baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang
mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan
moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001)
Perlu diingat bahwa daftar pada tabel hanya sebagai contoh. Daftar tersebut tentunya masih dapat ditambah atau diperluas.
Contoh Mengidentifikasi atau Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan
minat
Berikut ini adalah contoh mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan
belajar berdasarkan minat:
Ibu Putik ingin mengajarkan murid-muridnya
keterampilan membuat teks prosedur. Setelah selesai mendiskusikan tentang apa
dan bagaimana membuat teks prosedur, Bu Putik lalu meminta murid berlatih
membuat sendiri teks prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk
menulis dengan topik sesuai dengan minat mereka. Anak yang memiliki minat
terhadap memasak, boleh membuat teks prosedur tentang bagaimana cara memasak
makanan tertentu. Murid yang memiliki minat terhadap kerajinan tangan boleh
membuat teks prosedur tentang membuat sebuah produk kerajinan tangan tertentu,
dan sebagainya. Keterampilan yang dilatih tetap sama, yaitu membuat teks
prosedur, walaupun topiknya mungkin berbeda.
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil Belajar mengacu pada cara-cara
bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari
mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara
natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara
tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar
kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar
sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak
faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu
ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya
terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. - Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal
- impersonal.
- Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih,
memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum
gaya belajar ada tiga, yaitu:
- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa
gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic
organizer );
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan
penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan
pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan
meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk
menggunakan kombinasi gaya mengajar.
- Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial,
musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Contoh Mengidentifikasi atau
Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid
Berikut ini adalah contoh
Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar
murid:
Pak Neon akan
mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar murid dapat
mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Berdasarkan
identifikasi yang ia lakukan, Pak Neon telah mengetahui bahwa sebagian muridnya
adalah pembelajar visual, sebagian lagi adalah pembelajar auditori, dan
pembelajar kinestetik. Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya
tersebut, Pak Neon lalu memutuskan untuk melakukan beberapa hal
berikut ini:
- Saat
mengajar, Pak Neon:
- menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual
saat menjelaskan.
- menyediakan video yang
dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh murid.
- membuat beberapa sudut belajar atau display yang
ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan
kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi.
- Saat memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan
murid-muridnya memilih cara mendemonstrasikan pemahaman
mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid boleh menunjukkan pemahaman
dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance atau role-play.
Contoh cara-cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid
Guru dapat mengidentifikasi kebutuhan murid
dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang
dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid:
- mengamati perilaku murid-murid
mereka;
- mengidentifikasi pengetahuan
awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan
dipelajari;
- melakukan penilaian untuk
menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan
kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh
dari proses penilaian tersebut;
- mendiskusikan kebutuhan
murid dengan orang tua atau wali murid;
- mengamati murid ketika mereka
sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
- bertanya atau mendiskusikan
permasalahan dengan murid;
- membaca rapor murid dari kelas
mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau
melihat pencapaian murid sebelumnya;
- berbicara dengan guru murid sebelumnya;
- membandingkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau
keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
- menggunakan berbagai penilaian
penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level
yang sesuai;
- melakukan survey untuk
mengetahui kebutuhan belajar murid;
- mereview dan melakukan refleksi
terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran mereka; dll.
Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih
banyak cara lain yang dapat guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau
mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid mereka. Dapatkah Bapak/Ibu
mengidentifikasi cara lainnya?
Perlu diperhatikan bahwa mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar
murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang
memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid atau
terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan dengan mudah
mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya.
Refleksi
Selamat! Anda telah menyelesaikan materi pembelajaran untuk tahapan ini.
Demi membantu Anda mengonsolidasikan pemahaman Anda dan mempersiapkan diri
untuk sesi pembelajaran berikutnya, kami mohon Bapak/Ibu dapat melakukan refleksi
singkat dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan
pembelajaran berdiferensiasi!
- Mengapa kita perlu mengidentifikasi kebutuhan
belajar murid?
- Sebagai guru, apa yang dapat kita lakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid kita? Apa saja yang perlu
dipertimbangkan?
1.
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
2.
Karena murid memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sementara tujuan yang ingin dicapai adalah
sama. Oleh karena itu perlu dirancang pembelajaran berdiferensiasi, murid akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya, memicu
keingintahuan/hasrat dalam dirinya, dan jika tugas itu memberikan kesempatan
bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai.
3.
Yang perlu untuk
megidentifikasi kebutuhan belajar murid adalah bagaimana merespon kebutuhan
belajar tersebut. Setelah direspon maka perlu dikategorikan kebutuhan
belajarnya yang memuat tiga aspek, yaitu kesiapan belajar murid, minat murid
dan profil belajar murid.